Datang ke Bandara Lebih Awal dari Jadwal Keberangkatan
Apabila Grameds baru pertama kali menggunakan pesawat, sebaiknya datang ke bandara dengan waktu yang jauh lebih awal dibandingkan dengan jadwal keberangkatan yang sudah tertera dalam tiket. Minimal 2-3 jam sebelum waktu penerbangan pesawat sehingga Grameds bisa lebih aman serta tidak ketinggalan pesawat.
Beberapa jam tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurus keperluan dan prosedur lain sesuai dengan ketentuan dari masing-masing maskapai. Ketika Grameds akan pergi ke luar negeri, akan ada prosedur tambahan pada bagian imigrasi yang mungkin akan menghabiskan waktu yang lama.
Pergi ke Gate Keberangkatan
Tiap pesawat yang hendak melakukan perjalanan berada di gate terminal yang berbeda. Maka dari itu, Grameds wajib memerhatikan nomor terminal yang sesuai supaya tidak salah naik pesawat atau malah tertinggal.
Cek ulang gate penerbangan yang telah tercantum dalam tiket. Jika salah masuk terminal, Grameds wajib pergi untuk mencari gate lain yang sesuai tiket dan ini bisa menghabiskan waktu yang lama.
Pahami Peraturan Bagasi
Cara naik pesawat bagi pemula yang berikutnya dan perlu Grameds perhatikan ialah dengan memahami peraturan bagasi. Hal ini dilakukan supaya Grameds memahami barang bawaan apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk dibawa dalam bagasi.
Tiap-tiap maskapai mempunyai peraturan bagasinya masing-masing, jadi cermati dengan seksama sebelum tiba pada jadwal keberangkatan. Beberapa barang yang umumnya tak diizinkan, yakni benda tajam, cairan, bahan mudah terbakar, dan bahan mudah meledak.
Jenis makanan maupun minuman tertentu juga berkemungkinan untuk dilarang diletakkan di bagasi. Grameds yang akan bepergian dengan menggunakan pesawat juga sebaiknya tak membawa barang terlalu banyak apabila tidak ingin dikenai biaya bagasi tambahan.
Siapkan Dokumen yang Dibutuhkan
Hal penting lainnya yang perlu Grameds perhatikan ketika bepergian dengan menggunakan pesawat, yaitu menyiapkan dokumen. Umumnya, dokumen yang digunakan sebagai persyaratan untuk naik pesawat ialah KTP atau SIM asli dengan tujuan untuk dalam negeri.
Sementara untuk perjalanan ke luar negeri, memerlukan paspor dan negara tujuan sebagai persyaratannya. Untuk tiket pesawat, Grameds dapat menunjukkan bentuk digitalnya dengan melalui gadget ataupun dengan mencetaknya dalam bentuk fisik.
Selain itu, lengkapi juga persyaratan lainnya yang diperlukan untuk bepergian ketika masa pandemi COVID-19. Berdasarkan pada kebijakan pemerintah di masa new normal, salah satu syarat wajib unyuk penumpang yang hendak melakukan penerbangan, yakni dengan melampirkan bukti telah melakukan vaksin ketiga (booster).
Bagi calon penumpang yang belum melakukan booster vaksin, dapat menunjukkan hasil PCR/Antigen yang negatif. Jangan lupa untuk selalu mematuhi seluruh protokol kesehatan yang berlaku dengan cara mengenakan masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir.
Tips Naik Pesawat Untuk Pemula
Bagi Grameds yang baru pertama kali hendak menggunakan pesawat untuk bepergian, mungkin akan merasa bingung dengan prosedur dari transportasi jenis ini. Maka dari itu, Grameds perlu memahami berbagai hal yang penting untuk diperhatikan supaya tidak ketinggalan pesawat dan perjalanan menjadi lancar.
Lantas, bagaimana tata cara naik pesawat yang wajib untuk diketahui oleh pemula? Berikut ini panduan yang penting untuk Grameds simak!
Perhatikan Prosedur Check-in
Sebelum masuk ke dalam pesawat, Grameds wajib melakukan check-in di bandara. Grameds wajib memerharikan prosedur check-in yang akan dilakukan oleh petugas bandara sehingga Grameds bisa naik pesawat serta melakukan perjalanan dengan nyaman.
Umumnya, prosedur check-in yang dilakukan oleh petugas ialah verifikasi dokumen serta persyaratan terbang yang lainnya. Untuk melakukannya, Grameds harus pergi ke kloter maskapai yang sesuai. Lalu, menunjukkan identitas diri sebagai syarat untuk melakukan penerbangan.
Setelah semuanya sudah lolos uji, petugas akan memberikan boarding pass supaya Grameds bisa naik ke pesawat.
Informasi tentang adanya pesawat Hercules gratis untuk penerbangan ke Palu bagi keluarga korban gempa dan tsunami merupakan informasi yang tidak benar. Informasi yang tersebar melalui media pesan Whatsapp dan media sosial itu dibantah oleh pihak TNI Angkatan Udara. Melalui akun Twitter resminya, yakni @_TNIAU, TNI AU menyatakan bahwa pesawat Hercules TNI AU yang menuju Palu diutamakan membawa bantuan logistik, paramedis, obat-obatan, makanan siap saji, alat berat hingga mengangkut pengungsi korban gempa atau tsunami yang diutamakan lansia, wanita, dan anak-anak.
Sumber: Media Pesan Whatsapp dan Media Sosial
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204988895997505&set=a.3023532322714&type=3&permPage=1
Bagi keluarga korban yg mau k
Palu bisa lewat Makassar, ada
penerbangan gratis pesawat
hercules mkassar palu, sehari 5 kali
penerbangan mulai hari ini besok
dan lusa..Mohon disebarkan : Untuk
Jadwal Hercules malam ini jam 19.00
dan 03.00 subuh besok. Di Lanud
Khusus untuk tim medis dan keluarga
korban yg ingin ke Palu.
Sertakan fotokopi KTP
Silahkan berkoordinasi dgn Riyan
Informasi tentang adanya pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara dioperasikan untuk keluarga korban gempa dan tsunami Palu beredar melalui media pesan Whatsapp dan media sosial. Dalam informasi tersebut disebutkan bahwa pesawat Hercules itu akan terbang dari Lanud di Makassar.
Menanggapi pesan tersebut, TNI AU membantah kalau ada pesawat Hercules yang diperuntukkan keluarga korban gempa dan tsunami Palu untuk menemui para korban. Melalui akun Twitter resminya, yakni @_TNIAU, TNI AU menyatakan bahwa pesawat Hercules TNI AU yang menuju Palu diutamakan membawa bantuan hingga mengangkut pengungsi korban gempa atau tsunami yang membutuhkan.
“Pesan yg beredar via WA ini TIDAK BENAR alias HOAKS. Pesawat Hercules TNI AU yg MENUJU PALU diutamakan bawa bantuan logistik, paramedis, obat2an, makanan siap saji, alat berat dll. DARI PALU angkut pengungsi diutamakan lansia, wanita, anak2 👤 #PrayForPaluDonggala #GempaSulteng,” cuit akun @_TNIAU.
Adapun, perihal fungsi pesawat Hercules di Palu juga sudah diterangkan oleh Panglima TNI Hadi Tjahjanto. Dilansir dari liputan6.com, Hadi mengatakan bahwa pesawat Hercules memang mengangkut korban gempa dan tsunami Palu, namun diprioritaskan untuk korban yang sakit.
“Hercules tetap jalan dua, tetapi nanti kami prioritaskan untuk yang sakit ya. Yang sehat nanti kami naikkan Pelni 3.000 sampai 5.000 orang. Sudah saya laporkan ke Pak Menko (Wiranto) tadi sudah beres. Enggak ada masalah, aman. Besok saya ke sana sama Pak Menko juga,” pungkas Hadi.
https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/755971158068755/
https://twitter.com/_TNIAU/status/1046400612529713153
https://www.liputan6.com/news/read/3656553/panglima-tni-hercules-untuk-korban-sakit-warga-palu-diangkut-kapal-pelni
https://www.suara.com/news/2018/10/01/151908/tni-au-nyatakan-info-penerbangan-hercules-gratis-ke-palu-hoaks
Rosario de Marshall,[1] lebih dikenal sebagai Hercules, adalah seorang gangster dan broker politik Indonesia yang berasal dari Timor Timur (sekarang Timor Leste). Hercules adalah kuli angkut TNI-AD selama pendudukan Indonesia di Timor Timur. Setelah pindah ke Jakarta, ia membentuk geng preman miliknya sendiri di kecamatan Tanah Abang, yang menguasai dunia kriminal Jakarta pada tahun 1990-an. Saat ini, Hercules mempertahankan status selebriti sebagai gangster yang menakutkan, kadang-kadang muncul di program TV serta majalah tabloid. Ia juga terkenal karena ikatan politiknya dengan kandidat capres 2014 dan 2019, Prabowo Subianto.
Rosario lahir pada tahun 1960an di Timor Portugis, tumbuh di era kekacauan yang dilatarbelakangi invasi Indonesia ke Timor Timur (1975–1976) dan pendudukan selanjutnya oleh tentara nasional Indonesia.[1] Ia pertama kali melakukan kontak dengan tentara Indonesia melalui Kolonel Gatot Purwanto sekitar tahun 1975.[2] Dia kemudian menjadi yatim piatu pada tahun 1978 setelah orang tuanya tewas dalam pemboman yang melanda kota Ainaro. Sejak itu, ia tergabung sebagai kurir yang memberikan bantuan logistik kepada pasukan khusus, Kopassus Indonesia di bawah program Tenaga Bantuan Operasi (TBO).[1][3] "Hercules" adalah nama kode yang diberikan kepada Rosario oleh tim komunikasi radio Kopassus.[2]
Selama menjadi anggota TBO, Hercules terlibat dalam pertempuran kecil dengan perlawanan pro-kemerdekaan Falintil. Helikopternya jatuh saat pertempuran, menyebabkan dia kehilangan mata kanan dan tangan kanannya. Hercules kemudian dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta untuk dioperasi.[2] Hercules mengucapkan terima kasih kepada Prabowo Subianto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Satuan Komando Nanggala atas dukungan yang diterimanya selama ini. Hercules dikenal memiliki kesetiaan yang 'tak tergoyahkan' terhadap Prabowo sejak saat itu.[3]
Sejak akhir tahun 1980-an, Hercules menetap di Jakarta bersama beberapa pemuda Timor Timur, diberi pekerjaan sebagai insinyur komponen kelistrikan. Dia segera meninggalkan pekerjaannya, pindah ke kawasan komersial Tanah Abang setelah berganti pekerjaan. Setelah menetap di Tanah Abang, ia membentuk geng preman bersama sesama migran Timor, termasuk Logo Vallenberg dan Alfredo Monteiro Pires.[2] Ia kemudian segera berhasil membangun usahanya melalui bisnis pemerasan dan mucikari. Ia juga melakukan pemerasan politik atas nama tentara Indonesia, untuk menyingkirkan dan mengintimidasi gerakan pro-kemerdekaan Timor di Jakarta.[3]
Kerajaan premannya runtuh pada akhir tahun 1990-an setelah beberapa anggota geng Hercules menolak berpartisipasi dalam demonstrasi pro-integrasi. Sejak itu, gengnya kehilangan perlindungan militer, dan Prabowo membiarkan geng preman lainnya mengambil alih gerakan bawah tanah Tanah Abang. Ia dicopot dari jabatannya setelah terjadi pertarungan brutal melawan geng Betawi dan Madura yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Bang Ucu dan Abraham Lunggana.[1][3]
Setelah digulingkan dari dunia bawah Tanah Abang, ia membangun kembali reputasinya melalui bisnis penagihan utang dan jaminan. Ia memiliki banyak lahan serta usaha pertanian dan perikanan, membuatnya menjadi sosok yang dermawan. Ia adalah sosok yang disegani di kalangan migran dari Indonesia Timur, yang menyediakan pekerjaan, jaringan, dan perlindungan bagi pendatang baru. Dia tetap bersaing dengan tokoh kejahatan terorganisir lainnya, termasuk John Kei dan Basri Sangaji. Sejak tahun 2008, Prabowo mendekati kembali Hercules setelah mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sebuah organisasi sosial bernama Gerakan Rakyat untuk Indonesia Baru (GRIB) didirikan pada tahun 2011 oleh Hercules untuk memobilisasi jaringan preman gangsternya, tokoh-tokoh kuat lokal, kelompok main hakim sendiri, dan mantan milisi untuk mendapatkan dukungan politik di tingkat akar rumput terhadap Prabowo.[3]
Rosario de Marshall,[1] commonly known as Hercules, is an Indonesian gangster and political broker hailed from the current Timor-Leste. Hercules was a porter for the Indonesian army during the Indonesian occupation of East Timor. Once moved to Jakarta, he formed his own preman gang in the Tanah Abang district, ruling the Jakartan criminal underworld during the 1990s. Today, Hercules retains a celebrity status as a fearsome gangster, occasionally appearing on TV programs as well as tabloid magazines. He is also notable for his political ties with the 2014 and 2019 Indonesian presidential election candidate Prabowo Subianto.
Rosario was born in the 1960s in the Portuguese Timor, growing up during the chaotic era in the backdrop of the Indonesian invasion of East Timor (1975—1976) and the subsequent occupation by the Indonesian national army.[1] He first made contact with the Indonesian army through colonel Gatot Purwanto around 1975.[2] He was then orphaned in 1978 after his parents were killed in a bombing hitting the town of Ainaro. Since then, he was incorporated as a courier who provided logistical assistance to the Indonesian special forces, Kopassus under the Tenaga Bantuan Operasi (TBO) program.[1][3] "Hercules" was a code name given to Rosario by the Kopassus' radio communication team.[2]
During his year as a TBO personnel, Hercules was involved in a skirmish with the Falintil pro-independence resistance. His helicopter crashed during the fighting, leading to him losing his right eye and right hand. Hercules was then taken to Gatot Soebroto Army Hospital in Jakarta for operation.[2] Hercules thanked Prabowo Subianto, who was serving a commander of Nanggala commando units, for the support he received during this time. Hercules is known for having "unwavering" loyalty toward Prabowo since then.[3]
Since the late 1980s, Hercules settled in Jakarta along with several East Timorese youths, given a job of electrical parts engineer. He soon abandoned the job, moving to the commercial district of Tanah Abang after switching jobs. After settling in Tanah Abang, he formed a preman gang along with the fellow Timorese migrants, including Logo Vallenberg and Alfredo Monteiro Pires.[2] He then immediately succeed to build his enterprise through racketeering and pimping businesses. He also carried out political extortion on behalf of the Indonesian army, to weed out and intimidate pro-independence Timorese movements in Jakarta.[3]
His preman empire collapsed in the late 1990s after some of the members of the Hercules gang refused to participate in the pro-integration rally. Since then, his gang lost military protection, and Prabowo allowed other preman gangs to take over Tanah Abang underground. He was dethroned after brutal fighting against Betawi and Madurese gangs, led by figures such as Bang Ucu and Abraham Lunggana.[1][3]
After being overthrown from the Tanah Abang underworld, he rebuilt his reputation through debt collecting and security businesses. He owned multiple lands as well as agricultural and fishery businesses, turning him into akin to philanthropist figure. He was a respected figure among the migrants from East Indonesia, providing newcomers jobs, networks as well and protections. He remained in rivalry against other organized crime figures as well, including John Kei and Basri Sangaji. Since 2008, Prabowo reapproached Hercules after founding the Great Indonesia Movement (Gerindra) Party. A social organization called the Peoples Movement for a New Indonesia (GRIB) was established in 2011 by Hercules to mobilize his network of preman gangsters, local strongmen, religious vigilante groups, and ex-militia for the grassroots level political support toward Prabowo.[3]
Jenis Pesawat di Indonesia – Untuk saat ini, pesawat terbang masih menjadi alat transportasi yang paling cepat dan paling praktis.
Tak hanya itu, kenyamanan serta servis yang optimal juga menjadikan pesawat sebagai moda transportasi yang favorit. Meski demikian, tahukah Grameds bahwa kenyamanan kita juga bergantung pada tipe pesawat yang dipakai?
Pesan Tiket Pesawat Sesuai Tujuan
Langkah pertama yang perlu Grameds lakukan sebelum naik pesawat tentu saja dengan memesan tiket yang sesuai dengan destinasi. Cara yang paling mudah untuk memesan tiket pesawat, yaitu dengan memakai aplikasi maskapai atau website resmi agen perjalanan secara online.
Grameds juga bisa membeli tiket pesawat langsung ke agen maskapai atau agen perjalanan terkait. Saat membeli tiket pesawat, pastikan bahwa jadwal keberangkatan, tujuan, serta jenis maskapainya sudah sesuai.
Selain itu, penting bagi Grameds untuk mengecek wilayah yang hendak dituju. Semenjak pandemi COVID-19, tak semua daerah dapat menerima wisatawan. Regulasi wisatawan bagi tiap-tiap wilayah juga berbeda.
Pahami Prosedur Keamanan Penerbangan
Sebagai penumpang pesawat, Grameds harus memahami prosedur keamanan saat penerbangan. Mulai dari penggunaan seat belt yang benar, memahami cara memakai pelampung, pintu darurat, serta standar keselamatan lain apabila terjadi kondisi yang tidak diinginkan saat penerbangan.
Umumnya, prosedur keamanan saat penerbangan ini akan dijelaskan langsung oleh pramugari yang tengah bertugas. Jadi, Grameds harus memerhatikan dengan sebaik mungkin. Taatilah seluruh anjuran dari pramugari supaya perjalanan Grameds di pesawat tetap aman serta nyaman hingga sampai ke tujuan.
Ambil Barang di Bagasi Ketika Sampai Tujuan
Cara naik pesawat tak sekadar sampai di situ, Grameds juga wajib memahami prosedur setelah turun dari pesawat dan sampai di tujuan. Grameds harus mengambil barang bawaan yang telah ditempatkan di bagasi. Jadi, Grameds jangan terburu-buru untuk meninggalkan bandara.